Rabu, 10 Desember 2008

Sirah Nogo Bundet 4

SIRAH NOGO BUNDET

“Silaturahmi”

Kemarin Nyai Nogo Bundet berkeluh kesah ngrasani tetangga yang kerja di kademangan jarene mung kerja jadi ahli pencari kutu rambut Nyai Demang saja bisa ita – itu sama tetangga lain. Sok juragan. Kanan kiri crita dengan seenak wudele dhewe kalau dia amat dekat sama Nyi Demang. Jadi ”ojo macem-macem sama saya tak laporke nanti” .Weh, saya bilang sama Nyai –ne, mbok tidak usah ngrasani tetangga, toh mungkin itu sudah jadi rejekinya. Walaupun ahli pencari kutu tapi kan sering ngobrol lor kidul etan kulon yang mungkin “memuaskan” ABDP (Asal Bu Demang Puas). Wes ben,urip itu ojo dumeh. Sing penting itu kita bisa menjaga batin kita sendiri.

Silaturahmi itu memang penting, ngraketake sedulur, tapi bisa jadi silaturahmi dijadikan wahana untuk melu nggandul mukti atau nebeng ikut tenar kepada pihak-pihak yang telah tenar. Lha nek kaum-kaum yang suka nebeng tenar ini memang biasanya kalau “nyokot”, jan mantap kayak atlit minum doping. Bisa dikatakan mereka ini lupa bahwa mereka hanya nunut tenar. Rak isin yo.Lha wong priyayi-priyayi yang sudah tenar saja bicara lemah lembut, welas asih, lha ini cuman nebeng aja gayanya kayak komandane priyayi.

Manusia itu semestinya eling selalu ingat bahwa kita itu hanya mampir ngombe. Kadang belum ngombe saja sudah dut alias wassalam. Tidak usahlah ngoyo dan neko-neko yang sekiranya malah mempermalukan diri sendiri. Semua orang semestinya sadar kalau pada akhirnya kita hanya akan dapat “rumah tipe 21” alias dua meter kali satu meter, alias kuburan. Nggak akan ada kuburan ada kulkas, tivi, kompor gas, AC, apalagi playstation. Harta yang ada di dunia kalau dimasukkan ke dalam kubur,buat apa malah memenuhi kuburan ,sumpek. Makanya ayo podo amal. Silaturahmi mempererat persaudaraan , bantu yang lemah wal miskin , hormat kepada atas, samping dan bawah, pokoknya jadilah orang yang suka menghargai orang lain. Tidak akan rugi.

Waktu silaturahmi tentunya orang musti tahu kondisi orang lain yang mau dikunjungi, ngga asal njeplak. Kalau silaturahmi di orang Bali yang jangan pakai bahasa Papua, ngga do mudeng. Kalau pergi ke saudara yang kekurangan yo jangan pakai emas-emasan lima kilo, malah dikira etalase berjalan. Kalau silaturahmi ke penguasa yang jangan ngomongin kolusi and nepotisme, nanti bisa di demo. Pokoknya silaturahmi itu ada adatnya dan normanya. Yang penting niatnya mesti diluruskan dulu. Wong yang sudah lurus saja lama-lama bisa bengkok.

Niat baik itu penting untuk membina tali silaturahmi. Silaturahmi apapun namanya mau silaturahmi politik, silaturahmi alim ulama, silaturahmi kampung, halal-bihalal, bahkan sampai kondangan, sing penting niat. Silaturahmi tanpa niat baik, ah ketoke cari musuh itu. Mari monggo sami golek sedulur, jangan saling cari musuh. Silaturahmi dengan saling menghormati akan menjadi sesuatu yang lebih bermakna dan bermartabat.Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar