Rabu, 10 Desember 2008

LORONG INTROPEKSI : PATUTKAH MANUSIA MENYOMBONGKAN DIRI

Sebuah lorong intropeksi semestinya mulai kita jajaki dan lalui dengan mengacu apa yang terjadi pada kehidupan manusia terutama di Indonesia saat ini. Tidak hanya bertanya mengapa bencana terus melanda negeri ini namun juga menanyakan kembali tentang eksistensi manusia modern dewasa ini yang sepertinya semakin merasa perkasa dan berkuasa. Kalau kembali kepada prolog awal di atas, apakah manusia masih pantas untuk menyombongkan diri?

Kesombongan merupakan hal yang dibenci oleh Allah karena hanya Dia-alah yang berhak menyandang semua kebesaran di jagad raya ini. Namun kita sebagai manusia sering lupa dalam kehidupan kita sehari-hari di mana kita diberi nikmat kekuatan, kesehatan, harta, dan kekuasaan oleh Allah namun sedemikian cepat pula manusia membanggakan diri sebagai yang paling “Maha”. Banyak orang yang baru mendapatkan suatu kelebihan sedikit namun sudah merasa dirinya yang terhebat dengan merendahkan kemampuan orang lain. Kesombongan seperti ini tiada guna hanya akan mempersulit kehidupan kita di dunia maupun nanti dalam menghadap Alah SWT.

Telah banyak kisah-kisah dalam Al Qur`an sebagai peringatan bagi manusia untuk tidak angkuh berdiri di muka bumi ini. Walaupun manusia telah diberi mandat sebagai Kholifatullah namun satu hal yang tidak boleh terlupa bahwa ada kewajiban yang muncul dari konsekwensi tersebut yaitu Rohmatal Lil Alamin , rahmat bagi seluruh alam. Manusia adalah raja dunia yang semestinya mengelola bumi dengan sebaik-baiknya dengan rasa kasih kepada sesama manusia dan juga kepada makhluk dan ciptaan Allah yang ada di dunia ini. Beban berat yang diletakkan di pundak manusia ini tidak akan tercapai jika kesombongan sudah merasuk ke dalam diri manusia apalagi bagi mereka yang telah bersekutu dengan setan dan iblis baik sadar maupun tidak sadar. Hanya kerusakan yang akan mereka sebarkan, iri dengki, permusuhan , perebutan kekuasaan, fitnah, menjual agama demi kepentingan sesaat, apakah ini yang sudah terjadi sekarang?

Sebagai orang yang masih awam, saya hanya dapat berpikir pendek dengan melihat kondisi sekarang yang terasa tiada ujung pangkal dan seperti tidak ada kekang kendali. Kerusakan lingkungan hidup yang sedemikian parah, orang saling tuduh dan bersilat lidah, uang menjadi dewa, semua merasa benar, kejahatan merajalela, bahkan agama menjadi bahan mainan. Kerusakan ini apakah masih bisa kita perbaiki, kalaupun bisa dari mana dimulainya. Saya kira banyak masyarakat awam yang kebingungan mencari tempat berlabuh untuk menjaga mereka dari kondisi sekarang yang sedemikian memprihatinkan. Seperti sanepo yang diungkapkan oleh Jayabaya dan disarikan oleh Ronggowarsito bahwa akan tiba masa di mana manusia di dunia pada jaman itu menjadi gila (edan) di mana yang tidak ikut gila dia tidak akan mendapat apa-apa. Demikian juga sebuah legenda nenek moyang yaitu Supoto Patih Majapahit Sabdo Palon Noyo Genggong yang akan membalas dendam kepada anak cucu Raden Patah Demak (Islam) kelak jika muncul Agama Budi di Nusantara. Apakah Agama Budi itu? Yaitu di mana uang dan kerja (budi) lebih penting dari pada agama.

Uang dewasa ini menjadi titik lemah manusia yang paling utama dalam mencapai tahap kesombongan. Ketika manusia mendapat nikmat risqi, mereka lupa akan keberadaan Tuhan. Kemewahan menjadi tujuan dan lupa beramal sholeh. Sedangkan mereka yang masih hidup serba kekurangan diganggu oleh iblis untuk mengejar dunia dengan alasan untuk mencari sesuap nasi. Merekapun dibawa ke lembah kekufuran. Berbahagialah saudara-saudara kita yang masih teguh memegang aturan larangan Allah dan beramal sholeh baik dalam kondisi berlebih maupun kekurangan.

Alhasil, dunia baru yang penuh dengan manusia yang tiada lelah untuk berintropeksi terhadap apa yang telah dilakukan selama hidup di dunia ini dan akan terus untuk memperbaiki diri demi kepentingan pribadi maupun sesama, menjadi harapan yang dirindukan. Namun disadari bahwa harapan itu akan mendapat tentangan hebat dari musuh abadi manusia yaitu setan dan iblis dengan selalu berusaha menggelincirkan kita ke lembah kerusakan. Oleh karena itu di bulan yang penuh berkah ini kita kembali menempatkan posisi kita pada rel yang benar, fitrah manusia yang benar, di mana tidak perlu lagi kesombongan dan keangkuhan menjadi senjata untuk bisa tampil di depan dengan merendahkan orang lain. Setiap manusia mempunyai peran dalam kehidupan ini yang telah diatur oleh Allah SWT. Diibaratkan bukankah uang satu milyar jika kurang lima rupiahpun tidak bisa dikatakan bahwa itu satu milyar? Ternyata peran uang lima rupiah sedemikian strategisnya. Sama dengan manusia, tidak ada pemimpin jika tidak ada yang dipimpin, apalah artinya menjabat jika tidak punya bawahan, tidak ada orang kaya jika tidak ada orang miskin, dan lain sebagainya. Sekecil apapun peran manusia dalam lingkungan kehidupan sosial, tidak ada hak bagi manusia lain untuk menindas atau berlagak sombong kepadanya. Demikian pula bagi manusia yang diberi porsi pengabdian yang kecil, tetap harus berusaha bertanggung jawab melaksanakan perannya dengan maksimal tidak hanya nglokro maupun masa bodoh karena sikap inipun menunjukkan keegoisan yang mengarah kepada arogansi pribadi.Tentunya marilah kita bersama berusaha secara ikhlas dan sabar untuk terus berusaha melindungi diri kita dari sifat sombong dengan selalu berintropeksi diri sejauh mana kehidupan ini sudah kita jalani. Jangan sampai kita termasuk orang yang angkuh sehingga membawa kepada ambisi yang berlebihan dengan merendahkan orang lain atau yang lebih parah lagi dengan mengorbankan orang lain. Semoga hidup kita menjadi tenang dan damai, serta berguna bagi sesama. Amin.

1 komentar:

  1. Smoga Allaah ta'alaa curahkan hidayah serta taufiqnya untukku dan kami sekalian mukmin yg mukhlis dijalannya, serta mendapat ridho dan bimbingan-Nya Aamiiin.....

    BalasHapus