Rabu, 10 Desember 2008

Sirah Nogo Bundet 2

SIRAH NOGO BUNDET

“Menanti Turunnya Wahyu”


Tahun tiba bagai terbenamnya matahari, banyak lelakon hidup yang telah terjadi dalam jalannya tahun, ada yang membahagiakan ada sing “nylekete”. Yo gini ini hidup. Arep bagaimanapun juga, manusia akan kalah dengan takdir. Cuman lebih banyak orang yang lali maring Gusti dibanding sama yang ingat. Dadi rusak jamane dadi rusak samubarange. Jare kondo bakalnya muncul “sinatriyo piningit” Heru Cakra ing jaman edan, datang tanpa backing dengan senjata wirid, menentramkan hati semua ing nuswantara. Sirah Nogo Bundet hanya nyumanggakke marang Gusti Yang Agung kapan dan bagaimana dia datang.

Tumekane jaman rusak ini memang membikin hati gundah, duite wong diudal-udal, garong, rampok, begal, kecu, podho dilulu,podho menang, podho wenang. Duh jika ingat itu semua ingin rasanya kembali ke pertapan memuja Gusti Pangeran semoga jaman rusak berganti dengan jaman padhang, jaman terang. Kapan tumurunnya “Wahyu Keprabon” kepada yang hak, kepada yang asih dan asuh, kepada yang welas asih kepada kawulo cilik.

Kalau dipikir-pikir, wong kok podho lucu. Bagaimana tidak lucu, jaman kok dinamai jaman rusak, jaman edan. Sing rusak itu bukan jamane, sing edan dudu jamane, tapi yang hidup di jaman itu lho. Keris itu tidak bisa membunuh orang, tetapi orang yang memegang keris-lah yang bisa membunuh orang. Jaman itu tidak bisa rusak, tetapi orang yang yang hidup di jaman itu yang bisa rusak dan merusak.

Sekarang ini banyak orang yang ngaku sebagai pemegang “wahyu keprabon”, mengaku sebagai sinatriyo piningit, tapi menurut Sang Hyang Antaboga, seorang satriya piningit tidak akan memproklamirkan dirinya sebagai satriya piningit. Karena dengan demikian orang itu sudah mempunya watak sombong dan ingin lebih dari yang lain. Satriya piningit lahir atas dasar kehendak Gusti dengan lambang dukungan kawulo kepadanya hingga dia mampu menuju ke tapuk pinpinan sebagai raja di nuswantra. Seorang satriya piningit mempunyai watak yang cerdas, rela berkorban untuk kepentingan rakyatnya, tidak silau dengan gemerlapnya dunia. Tapi ya tergantung dari orang yang mengartikan satriyo piningit jane. La nek poro prajurit keraton ada yang mengartikan satriyo piningit adalah satriyo yang dipingit, jadi ya karepe mantan satriyo sing do korupsi sing dipingit alias di penjara.

Tapi tidaklah perlu kita mengadakan seminar tentang Satriyo Piningit ini, biarkan semua berjalan seperti apa adanya. Dari pada bikin seminar lebih baik uangnya buat amal, mbuang dosa. Percaya tidak pecaya sudah bukan hal yang penting lagi. Yang penting semoga benar-benar ada pemimpin yang mampu mengayomi rakyat. Siapapun dia. Mau lanang mau wedhok, mau satriya mau sudra, mau brahmana mau jelata. Bagi rakyat yang penting opo-opo murah, sandang pangan papan gampang, ilmu ora larang, garong kecu do dibuwang, banjur aman. Ngga muluk-muluk ketoke. Urip tentrem kerta raharjo pastinya jadi dambaan setiap orang. Ra dadi masalah sopo sing wenang sing penting kabeh menang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar