Jumat, 05 Desember 2008

Islamic Rule is .....

Oleh : R.Dwi Putranto Bimo S.Sos
Dewan Pendiri MSK Pesanggrahan

Ketika Rosulallah Muhammad SAW menjelang menghadap Sang Khaliq, beliau dengan menahan sakit sakratul maut terus berdoa agar umatnya selamat dan diampuni Allah. Beliau terus berkata “Umatku,umatku” menandakan betapa sayangnya Rosulallah kepada umat dan rakyatnya. Sebagai seorang Nabi beliau juga dikenal sebagai Pemimpin Negara yang sangat adil dan bijaksana. Seorang figur contoh yang tidak terbantahkan.

Berlandaskan pada sejarah Nabi Muhammad SAW ini, kita yang hidup dijaman beribu tahun kemudian, menemui sebuah zaman di mana keadilan dan kebijaksanaan menjadi barang yang sangat mahal. Tauladan yang diberikan Rosulallah telah banyak dinafikan orang baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Saat ini manusia cenderung menyukai isme-isme baru dan doktrin-doktrin barat yang terkesan lebih modern sehingga tidaklah sempurna ilmu mereka jika tidak terpoles dengan istilah-istilah Berbahasa Inggris hasil karya para filsuf orientalis barat. Jika mau belajar sejarah dan menurunkan ego kita sebentar sebenarnya isme-isme maupun jargon politik yang indah sudah diterapkan pada zaman Nabi Muhammad SAW dan pemerintahan para Sahabat (Khulafaur Rasyidin). Pada jaman itu tidak hanya sekedar jargon tetapi benar-benar diterapkan sehingga sebuah pemerintahan pro rakyat benar-benar menjadi nyata.

Sebagai contoh, demokrasi yang saat ini menjadi sesuatu yang wajib bagi negeri ini menjadi “barang jualan” pihak Aliansi Barat untuk menekan apa yang dianggap mereka negara-negara “poros kejahatan” ataupun istilah lain khususnya bagi negara-negara yang berlandaskan Islam. Sungguh suatu keanehan di mana Islam dianggap tidak pro demokrasi dan lebih aneh lagi jika Negara Islam menolak adanya demokrasi.Mengapa demikian? Karena Demokrasi telah dikenal pada era Islam pada jaman Nabi Muhammad SAW ribuan tahun yang lalu!

Pada peristiwa Perang Badar, Rosulallah memakai strategi perang dengan menempatkan pasukannya dibelakang mata air. Namun seorang Panglimanya mengatatakan pada Rosulallah,”Ya Rosul, apakah strategi ini datangnya dari Tuhanmu?”. Rosul menjawab,”Bukan, ini dari diriku sendiri”. Kemudian Panglima itu berkata,”Kalau demikian apakah tidak lebih baik pasukan ditempatkan di depan mata air dan menutup beberapa mata air yang ada karena musuh berjalan jauh tentunya berusaha mendapatkan air”. Rosulallah menerima saran itu dan menempatkan sebagian pasukannya di depan mata air agar musuh tidak bisa menggunakannya. Hal ini mencerminkan bahwa orang sekelas Nabi-pun mau mendengarkan nasehat orang lain dan juga menggunakan prinsip demokrasi bukan otoriter maupun merasa benar sendiri. Akhlak seorang pemimpin yang seperti ini apabila diterapkan pada era sekarang merupakan embrio dari pemerintahan yang mengacu kepada Good Governance.

Setelah Nabi Muhammad wafat, umat Islam kebingungan dalam mencari pengganti beliau karena bagaimanapun butuh pemimpin yang soleh, kuat, dan bijaksana untuk mengelola wilayah Kerajaan Islam yang luas pada saat itu. Akhirnya para sahabat berkumpul dan sepakat memilih Abu Bakar RA untuk berdiri di tapuk pimpinan. Proses pemilihan ini merupakan proses demokrasi yang riil, tidak ada usaha dari Nabi Muhammad SAW untuk melanggengkan kekuasaan dengan memberikan prioritas kepada keturunannya. Pemilihan Kholifah pertama ini sarat dengan nilai-nilai demokrasi demikian juga dengan pemilihan Kholifah-kholifah berikutnya sampai ke era Kholifah Ali .

Pada proses penerapan apa yang sering diistilahkan Clean Government atau pemerintahan yang bersih dari Korupsi,Kolusi, dan Nepotisme, pada era pemerintahan Rosulallah dan Kholafaur Rasyidin telah berjalan dengan sangat baik bahkan dapat dikatakan konsep Clean Government di masa itu sangat luar biasa. Nabi pernah bersabda jika saja Fatimah tertangkap mencuri maka tetap aku potong tangannya. Tidak ada perkecualian dalam hukum. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari lampu minyak yang dipergunakan untuk menerangi kantor pemerintahan akan dimatikan jika tidak digunakan untuk kepentingan negara karena membayar minyak untuk penerangan ini adalah dari uang rakyat. Harta yang didapat dari pampasan perang dibagi rata dan habis secara adil tidak ditimbun untuk kepentingan sendiri. Bahkan kesederhanaan yang ditampilkan sebegitu menyentuh hati nurani di mana seorang Raja Besar dengan wilayah yang luas dan juga seorang Rosul Allah tidur hanya beralaskan tikar anyaman bambu dan memakai pakaian yang sangat sederhana yang itu-itu saja karena hanya memiliki beberapa potong. Tidak ada kesan bermewah-mewah apalagi memakai fasilitas berlebih dari Negara. Apabila dikatakan kondisi ini tidak bisa diterapkan pada jaman sekarang tentunya sangat tidak tepat karena peluang untuk menjadi sangat kaya dan berkuasa lebih tinggi pada jaman Nabi Muhammad SAW. Saat ini tidak akan ada terutama di Negeri ini yang mempunyai kesempatan yang mendekati atau sama dengan ketinggian posisi Rosulallah. Jadi mengapa banyak diantara kita yang hidup bermegah dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme sedangkan Nabi dan sahabat saja tidak melakukannya? Yang jelas istilah Clean Governmentdan Good Governance pada saat itu belum dikenal.

Sebuah ironi di mana Umat Islam dewasa ini semakin jauh dari ajaran Islam itu sendiri. Sejarah Islam yang agung dianggap sebagai cerita dongeng, akhlak mulia Para Nabi yang sudah dipaparkan gamblang dalam Al Qur`an dianggap hanya sebagai bahan diskusi tanpa implementasi, Hadits Nabi yang mencontohkan tata hidup dan tata pemerintan yang baik tak tersentuh. Hingga muncul isme-isme baru yang mengatasnamakan Islam ditengah keterpurukan politik Dunia Islam pada umumnya. Pertanyaan besarnya adalah “Mengapa banyak para pemimpin yang beragama Islam lebih cenderung memakai jargon dan ilmu barat sedangkan tata cara menjadi pemimpin yang baik sudah digariskan Allah dalam Kitab Suci Al Qur`an dan juga dari Hadist-hadist Nabi?”. Memang tidak semua negara yang mempunyai massa Umat Islam besar memakai ideologi Islam. Namun fatsun politik para pemimpinnya , bagaimana memimpin dengan keadilan, mencintai rakyat, jujur, dan amanah semestinya bisa berkaca di Kitab Suci Al Qur`an dan Hadist Nabi. Tidaklah perlu semua negara di dunia ini menjadi Negara Islam karena memang tidak diwajibkan Allah hal yang sedemikian itu, namun setidaknya para pemimpin Islam mulai belajar untuk mencontoh kearifan dan keagungan pemimpin Islam di masa silam yang konsep dan pemikirannya lebih baik dan lebih indah dari konsep-konsep pemerintahan yang disarikan pada jaman ini.

Sebagai penutup, tak akan lekang untuk mengajak diri sendiri dan masyarakat untuk kembali berkaca kepada hal-hal yang benar untuk bisa membatasi diri kita agar tidak menjadi pemimpin yang arogan baik sebagai pemimpin keluarga maupun pemimpin umat. Keindahan seorang pemimpin tentunya terpancar dari jiwa taqwa dengan tegas menerapkan kebenaran pada posisinya dan tidak takut melangkah karena Tuhan Allah. Mari bersama mendoakan para Ulama, Umaro, dan Rakyat Negeri ini pada umumnya agar diberi jalan terang, keadilan, keselamatan, dan kesejahteraan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar